Wednesday 15 December 2010

Potret Pendidikan FE UII

Belakangan di sekitar saya memang kerap diperbincangkan tentang sistem pendidikan di fakultas ekonomi Univesitas Islam Indonesia. Kacamata yang digunakan jelas tidak hanya dari segi mahasiswa, melainkan juga dari perspektif lain seperti, pendidik yang tidak lain adalah dosen dan juga entitas-entitas lain yang ada di fakultas ekonomi. Mau dibawa kemana pendidikan yang ada di fakultas ekonomi UII ini? Ini menjadi pertanyaan besar untuk kita semua. Beberapa masalah sangat umum kita dengar di sekitar kita, seperti masalah keterlambatan, instrumen pendukung. Jika kita memecah satu per satu masalah yang ada di internal kita ini, yang bisa kita jabarkan antara lain: kualitas pendidik atau pun yang dididik, masalah kurikulum, desain kelas, dana pendidikan ataupun masalah lainnya.

Dimulai dari ketika kita masuk dalam Fakultas ekonomi UII, mahasiswa dari hari ke hari, selalu dihadapkan dengan biaya yang selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya. Entah kenaikan ini menjamin kualitas dari pendidikan ini sendiri atau tidak. Kemudian mahasiswa mendapatkan buku pedoman akademik yang berisikan alur-alur mata kuliah yang dianjurkan untuk ditempuh oleh setiap mahasiswa. Semuanya itu seolah mengatakan bahwa masa depan sudah berada di genggaman mereka. Akhirnya pembelajaranpun dimulai, mahasiswa dihadapkan dengan ruang kelas yang dilengkapi instrumen pendukung seperti viewer, spidol, papan tulis, juga kursi yang membuat mahasiswa dapat “duduk manis” mendengarkan “ilmu-ilmu” yang dipaparkan oleh pendidik yang tidak lain adalah dosen. Seribu wajah dosen dengan gaya dan pendekatan yang berbeda pula yang dihadapi oleh mahasiswa Fakultas Ekonomi UII. Entah ilmu itu sampai atau tidak menjadi PR (pekerjaan rumah-red) kita bersama. Cerita tentang keterlambatan baik dosen atau mahasiswa menjadi makanan sehari-hari di kampus ini. Entah ini karena hal itu memang kebiasaan yang selalu berkembang di masyarakat Indonesia pada umumnya, atau minimnya kesadaran dari tiap personal sangat. Bentuk perkuliahan aktif yang selalu diharapkan dalam kelas jarang sekali ditemui. Entah ini berawal dari dosen yang pasif dan tidak mampu mengembangkan pola pengajaran atau memang karena ketidaksiapan dari mahasiswa sendiri dalam menghadapi materi yang akan didiskusikan.

Hal lain yang sering terlihat adalah ketika pola pembelajaran yang diterapkan dalam kelas adalah pola center learning, pola pembelajaran searah yang menyebabkan minimnya feed back dari mahasiswa baik berupa tanggapan atau kritik terhadap subjek yang ditempuh. Jika kita melihat pola pendidikan di luar negri yang mana sangat mengedepankan diskusi dalam pembelajarannya. Kelas yang efektif juga dinamis akan terasa didalamnya. Metode pembelajaran studi kasus sangat minim diterapkan di FE Ekonomi UII.

Pembelajaran yang sifatnya praktis juga sangat kurang. Apakah ini karena keterbatasan pengalaman dari pendidik? Atau pendidik hanya mampu memaparkan teori tanpa tau implementasi dari ilmu-ilmu tersebut? Atau mahasiswa yang memang tidak siap untuk menerima ilmu yang sifatnya praktis. Hipotesis lain yang mungkin bisa kita tarik yaitu kelas yang penuh mengurangi keefektifan dalam kelas. Tidak jarang ditemui kelas yang berisikan 60-80 mahasiswa, sedangkan kuota kelas hanya ideal dihuni sekitar 50 mahasiswa. Penderitaan ini bertambah ketika ruang kelas yang tidak ideal untuk sebuah perkuliahan yang efektif. Padahal, kalau kita mau membandingkan dengan beberapa kampus yang ada luar negeri, angka jumlah maksimal mahasiswa dalam sebuah kelas hanya 25-40 orang.

Masih banyak PR-PR lain yang harus dihadapi oleh kita selaku anggota Fakultas Ekonomi UII yang masih peduli dengan almamater kita ini. Harapannya dengan adanya pembahasan ini, akan terlahir pemikiran bagi kemajuan Fakultas Ekonomi UII (OL).

3 komentar:

Romantisme pendidikan yang harus digerakkan dalam pendidikan di Indonesia khususnya di FE UII. Saling memahami antara dosen dan mahasiswa diwujudkan dengan tindakan yang edukatif dan bertanggungjawab. tindakan itu yang menjadi panutan dosen mendidik.

ketika sistem tidak dewasa melihat sebuah perubahan,dan akan terus tertinggal saat semua apatis terhadap permasalahan yang ada di depan nya.

buat salah satu bentuk aksi provakasi melalui bentuk tulisan.

mahasiswa UII, dulu dikenal.....

Post a Comment