Friday 17 December 2010

JADI PEMAIN BUKAN PENONTON !



(Sleman, 16 Desember 2010) Jalan itu cukup terjal, tampak pohon yang sudah mengering di sepanjang jalan. Di kanan dan kiri bahu jalan berjajar rumah yang masih penuh tertutup pasir, semakin kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi tujuan, semakin banyak rumah yang hancur bahkan rata dengan tanah. Inilah sisa-sisa bencana Gunung Merapi yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Sekitar empat puluh menit perjalanan, saya dan rekan saya Kahfi menuju dusun Kinahrejo, sampai akhirnya kami disambut oleh pos penjaga retribusi . Masing-masing dari kami harus membayar lima ribu per orang ditambah parkir dua ribu. Dari pos retribusi kami melanjutkannya menuju kawasan yang terkena dampak bencana Merapi.

Sebagian besar bangunan sudah rata dengan tanah, beberapa warga mencoba untuk memilih puing-puing yang mungkin masih dapat digunakan dan dimanfaatkan. Tampak raut kosong dari wajah para korban bencana ini. “Aku uwis ra isa ngopo-ngopo mas, duit wis entek” (aku sudah tidak bisa apa-apa mas, duit sudah habis-red) , ujar Ponirah, salah satu korban yang sedang duduk di pinggir jalan. Entah berapa banyak Ponirah lain yang mengalami nasib yang sama.

Berbicara kerugian yang dialami dari bencana ini, sebuah sumber menyatakan bahwa total kerugian ditaksir mencapai 500 miliyar. Dan jelas tampak kerugian ini berdampak langsung terhadap kehidupan masyarakat sekitar lereng Merapi. Petani sudah kehilangan tempat bertani, peternak sudah kehilangan tempat dan hewan ternaknya. Terlebih ketika masyarakat sudah kehilangan tempat tinggal. Apakah masyarakat juga akan kehilangan semangat untuk dapat bangkit lagi?

Lautan pasir semakin memperjelas dahsyatnya wajah murka Merapi,. Masyarakat juga mulai akrab dengan Merapi yang sudah cenderung mereda. Terbukti dengan banyak warga yang mulai antusias datang untuk ‘menonton’ sisa-sisa dan puing-puing bekas lelehan lahar Merapi. “Kami butuh bantuan, bukan untuk ditonton”, begitulah salah satu tulisan pada baju yang digantungkan di tiang bambu. Mereka berharap banyaknya masyarakat yang datang bukan hanya ‘berwisata’ melihat keadaan lereng Merapi sekarang. “Mbok yo ngerewangi, ora gur nonton wae (sebaiknya membantu, jangan hanya menonton saja)”, ujar Sartini sembari mengerutkan dahinya. Kepedulian memang dibutuhkan saat ini, jelas uluran tangan sebagai perwujudan rasa empati didambakan setiap warga yang menjadi korban. Saatnya kita menjadi pemain, bukan hanya menjadi penonton. Bangkit Jogja! (OL)

0 komentar:

Post a Comment