Sunday 31 October 2010

Warga Butuh Tempat Aman , GOR UII pun Jadi Posko Pengungsian

   Hujan mengguyur cukup deras, motor lalu-lalang di sepanjang jalan kaliurang, beberapa mobil box dan pick up masuk ke dalam kampus Universitas Islam Indonesia yang merupakan Universitas tertua di Indonesia. Lumpur lumpur sisa hujan abu mengiringi perjalanan setiap kendaraan yang masuk ke dalam kampus ini. Tampak mahasiswa yang tergabung dalam organisasi kemahasiswaan berjaga dan memberikan petunjuk arah bagi kendaraan-kendaran yang melintas.


   Meletusnya Gunung Merapi memang menumbuhkan kepedulian dari banyak kalangan.  Salah satunnya Universitas Islam Indonesia (UII) yang berlokasi di jalan kaliurang Km 14 ini. Bencana yang tak urung berhenti tenyata menimbulkan rasa kepedulian dari Keluarga Besar Universitas Islam Indonesia. UII yang berlokasi sekitar 30 km dari Gunung Merapi membuka Posko Pengungsian di Gedung Olahraga (GOR) UII. Posko yang di koordinir oleh Mapala Unisi ini mulai dibuka sejak Sabtu kemarin dilakukan menyusul adanya letusan yang cukup besar dari Gunung tersebut. Letusan yang membuat hampir sebagian besar Kota Jogjakarta tertutup abu merapi ternyata membuat kepanikan banyak warga. “ kami buka sejak hari sabtu, setelah adanya letusan keras kemarin” menurut salah satu relawan Mapala Unisi yang kami wawancarai. GOR yang awalnya digunakan untuk prasararana olahraga dialahkan untuk pengungsian korban bencana Merapi.

  Jumlah pengungsi yang di Posko GOR UII sekitar 200 warga. Pada umumnya pengungsi adalah lansia, ibu-ibu, dan juga anak-anak. Menurut Astari yang juga merupakan relawan dari fakultas kedokteran beberapa warga mengalami bebera penyakit pernafasan. “pada umumnya yang datang ke sini menderita ISPA, Asma, dan beberapa penyakit pernafasan” tuturnya kepada tim Ekonomika. Kebanyakan dari pengungsi masih bisa teratasi, dan belum menemukan banyak kendala tuturnya.  Retno Pratiwi yang merupakan salaha satu pengungsi di Posko pengungsian UII menuturkan bahwa mereka merasa nyaman tinggal di Posko Ini. “ Tempatnya aman, luas, dan juga banyak temennya” menurut ibu berusia 26 tahun ini. Wanita yang berasal dari dusun Boyong ini untuk sementara waktu belum ingin beranjak dari posko Pengungsuian UII dengan alasan belum menentunya situasi gunung Merapi. Pernyataan ini dibenarkan oleh Ngatijo. Lelaki yang juga berasal dari dusun Boyong ini sebelumnya menghuni di Posko Panti Asih, akan tetapi setelah terjadi letusan pada hari Sabtu lalu memutuskan untuk pindah mencari Posko yang lebih aman. “ aku pindah mas dari Panti Asih, waktu merapi jebluk (red: meletus) warga pada panik. Aku turun sama keluarga ku. Awalnya ke pos Polisi di bawah, karna tau di UII ada Posko pengungsian, aku pindah ke sini” tuturnya. Menurutnya penanganan di Posko UII cepat, stok makanan juga terjaga, dan mahasiswa juga memiliki program untuk anak-anak. “paling ngak minimal kita sudah puas mas, stok makanan aman, trus itu anak ku juga diajak main-main sama mbak relawan, lumayan buat hilangin trauma” tambahnya sembari menunjuk kearah salah satu mahasiswi psikologi di tribun barat GOR. 


   Waktu menunjukkan pukul 16.30 WIB, kami pun beranjak meninggalkan GOR UII, beberapa mobil bantuan logistik berdatangan, dibarengi dengan datangnya beberapa warga yang ingin mengungsi di Posko ini. Keletihan tampak dari beberapa relawan yang berada di Posko ini, namun semangat dan rasa yang tiada hentinya seolah menghilangkan rasa tersebut. Salut buat Keluarga Besar Universitas Islam Indonesia. Bravo UII!!

0 komentar:

Post a Comment